Rabu, 06 Juli 2011

Pityriasis Versicolor (Referat di bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin)

BAB I

PENDAHULUAN

Kondisi geografis Indonesia yang merupakan daerah tropis dengan suhu dan kelembapan yang tinggi akan memudahkan tumbuhnya jamur. Oleh karena itu, golongan penyakit kulit yang disebabkan infeksi jamur menempati urutan kedua terbanyak dari insiden penyakit kulit di bagian ilmu kesehatan kulit dan kelamin Fakultas kedokteran USU, RSUP. H. Adam Malik, RSUD. Dr. Pirngadi Medan 7.

Penyakit kulit karena infeksi jamur secara umum dapat terbagi atas dua bentuk, bentuk superfisial dan bentuk yang dalam (deep mycosis). Bentuk superfiasial terbagi atas golongan dermatofitosis yang disebabkan oleh jamur dermatofita (antara lain: Tinea kapitis, tinea korporis, tinea unguium, tinea cruris, tinea fasialis, tinea barbae, tinea manus, tinea pedis) dan yang kedua golongan non dermatofitosis (pitiriasis versikolor, piedra, tinea nigra palmaris, kandidiasis). Perbedaan antara dermatofitosis dan non dermatofitosis adalah pada dermatofitosis melibatkan zat tanduk (keratin) pada stratum korneum epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan oleh dermatofit. Sedangkan non dermatofitosis disebabkan oleh jenis jamur yang tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit tetapi hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar 8. Diantara penyakit jamur superfisial yang sering dijumpai di Indonesia salah satunya adalah pitiriasis versikolor. Pada penyakit kulit karena infeksi jamur superfisial, seseorang terkena penyakit tersebut oleh karena kontak langsung dengan benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh jamur atau konta langsung dengan penderita. Infeksi jamur yang non dermatofitosis salah satunya pitiriasis versikolor yang disebabkan oleh jamur malassezia. Penyakit ini sangat menarik oleh karena keluhannya bergantung pada tingkat ekonomi daripada kehidupan penderita. Bila penderita adalah orang dengan golongan ekonomi lemah (misalnya: tukang becak, pembantu rumah tangga) penyakit ini tidak dihiraukan. Tetapi pada penderita dengan ekonomi menengah keatas yang mengutamakan penampilan maka penyakit ini adalah penyakit yang sangat bermasalah 7.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Pityriasis versicolor (PV) adalah penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya asimtomatik, disebabkan oleh Malassezia furfur berupa bercak dengan pigmentasi yang bervariasi pada umumnya mengenai badan 1. Bercak berwarna putih sampai coklat kehitaman. Terutama meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit 2.

Pityriasis Versicolor adalah penyakit universal dan terutama di daerah tropis 2. Istilah versicolor mengacu pada akibat yang ditimbulkan jamur ini yaitu perubahan warna kulit tergantung dari kondisi kulit.

II. Etiologi

M. furfur (sebelumnya dikenal dengan nama Pityrosporum ovale, P. orbiculare) adalah jamur lipofilik yang normal terdapat pada keratin kulit dan folikel rambut. Jamur ini merupakan organisme oportunistik yang dapat menyebabkan pityriasis versicolor 1. Jamur ini membutuhkan asam lemak untuk tumbuh 4.















Gambar. Malassezia furfur
Sumber (www.doctorfungus.com)

Kingdom : Fungi

Phylum : Basidiomycota

Class : Hymenomycetes

Order : Tremellales

Family : Filobasidiaceae

Genus : Malassezia.

Selain mengakibatkan PV, Malassezia Furfur juga dapat mengakibatkan dermatitis seboroik, folikulitis, dan blefaritis. Koloni Malassezia furfur dapat tumbuh dengan cepat dan matur dalam 5 hari dengan suhu 30-37° C. Warna koloni Malassezia Furfur adalah kuning krem 4.







Gambar. Koloni Malassezia Furfur

Sumber (www.doctorfungus.com)

Malassezia furfur memiliki fragmen hifa dengan gambaran seperti sphagetti atau meatboll saat dilihat dengan mikroskop. Sel jamur terdiri dari 2 bentuk 7:

1. Bentuk Hifa (pseudo hifa) yang merupakan bentuk vegetatif

2. Bentuk spora yang merupakan bagian jamur untuk bertahan hidup

III. Faktor Predisposisi

Suhu yang tinggi, kulit berminyak, hiperhidrosis, faktor herediter, pengobatan dengan glukokortikoid, dan defisiensi imun. Pemakaian minyak seperti minyak kelapa merupakan predisposisi terjadinya PV pada anak-anak 1.

Faktor predisposisi lain adalah 6:

1. Pengangkatan glandula adrenal

2. Penyakit Cushing

3. Kehamilan

4. Malnutrisi

5. Luka bakar

6. Terapi steroid

7. Supresi sistem imun

8. Kontrasepsi oral

9. Suhu Panas

10. Kelembapan

IV. Patogenesis

Malassezia berubah dari bentuk blastospore ke bentuk mycelial. Hal ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi. Malassezia memiliki enzim oksidasi yang dapat merubah asam lemak pada lipid yang terdapat pada permukaan kulit menjadi asam dikarboksilat. Asam dikarboksilik ini menghambat tyrosinase pada melanosit epidermis dan dapat mengakibatkan hipomelanosit 1. Tirosinase adalah enzim yang memiliki peranan penting dalam pembentukan melanin 9. Malassezia Furfur dapat menginfeksi pada individu yang sehat sebagaimana ia dapat menginfeksi individu dengan immunocompromised, misalnya pada pasien kanker atau AIDS.

V. Gejala Klinis

Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai gatal pada keluhan pasien. Pasien yang menderita PV biasanya mengeluhkan bercak pigmentasi dengan alasan kosmetik. Predileksi pitiriasis vesikolor yaitu pada tubuh bagian atas, lengan atas, leher, abdomen, aksila, inguinal, paha, genitalia 1.

Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dengan ukuran lesi dapat milier, lentikuler, numuler sampai plakat. Ada dua bentuk yang sering dijumpai 8:

1. bentuk makuler: berupa bercak yang agak lebar, dengan squama halus diatasnya, dan tepi tidak meninggi.

2. bentuk folikuler: seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut.






Gambar. Pityriasis versicolor menunjukkan lesi hiperpigmentasi dalam lesi Kaukasia (kiri atas) dan hipopigmentasi dalam Aborijin Australia (kanan atas dan bawah ).

Sumber (www.micologyonline.com), (A.D.A.M, www.about.com)


VII. Diagnosa Banding

Vitiligo, pityriasis alba, postinflammatory hypopigmentation, tuberculoid leprosy

VIII. Diagnosis

1. Diagnosa ditegakkan dengan gejala klinis, penemuan klinis berupa makula, berbatas tegas, bulat atau oval dengan ukuran yang bervarisasi.

2. Mikroskopi langsung. Kerokan kulit diambil dari bercak pityriasis versicolor, atau dengan menggunakan cellotape yang ditempel pada bercak. Setelah diambil diletakkan di atas gelas objek kemudian ditetesi KOH 10-20% atau campuran 9 bagian KOH 10-20% dengan 1 bagian tinta Parker blueblack superchrome X akan lebih memperjelas pembacaan karena memberi tampilan warna biru yang cerah pada elemen-elemen jamur. Kemudian dipanaskan sebentar diatas lampu bunsen untuk memfiksasi, dan dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 40 kali 7.

- Hasil Positif: hifa pendek, lurus, bengkok (seperti huruf i.v.j) dan gerombolan spora budding yeast yang berbentuk bulat mirip seperti sphagetti with meatballs.

- Hasil Negatif: bila tidak ada lagi hifa, maka berarti bukan pitiriasis versicolor walaupun ada spora.


3. Pemeriksaan dengan Wood's Lamp

Penyakit kulit yang disebabkan oleh golongan Malassezia dapat dideteksi dengan lampu wood dimana akan timbul fluoresensi berwarna kuning keemasan.

.

IX. Pengobatan

Topical agents. Karena koloni jamur ini pada permukaan kulit, maka pengobatan topikal sangat efektif. Lotion atau sampo Selenium sulfide (2.5%) dioleskan pada bercak selama 10-15 menit, kemudian dicuci, digunakan selama satu minggu. Sampo ketokonazol digunakan sama seperti selenium sulfide. Krim Azole (ketoconazole, econazole, micronazole, clotrimazole) dioleskan selama 2 minggu. Solusio Terbinafine 1% solution dioleskan selama 7 hari 1. Topikal Terbinafine efektif pada pitriasis versikolor, dengan penggunaan satu atau dua kali sehari selama dua minggu, terbukti dapat menyembuhkan dari penelitian terhadap lebih dari 80% pasien pitiriasis versikolor, tinea pedis, tinea corporis/cruris 5.

Systemic therapy. Ketokonazol termasuk kelas antijamur imidazoles. Ketokonazol bekerja dengan memperlambat pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi. Obat ini diminum satu kali sehari. Sediaan tablet ketokonazol adalah 200mg. Dosis Ketoconazole 400 mg (diminum satu jam sebelum beraktifitas). Fluconazole 400 mg. Itraconazole 400 mg 1. Adapun efek samping ketokonazol adalah nausea, dispepsia, sakit perut, dan diare.

Secondary profilactic.. Sampo ketokonazol digunakan satu atau dua kali seminggu. Selain itu juga dapat digunakan losion atau sampo selenium sulfide, Salicylic acid/sulfur bar Pyrithione zinc ketokonazol 400 mg peroral sebulan sekali 1.

Disamping pengobatan, penting juga memberikan edukasi atau nasehat kepada penderita agar 7:

- memakai pakaian yang tipis

- memakai pakaian yang berbahan cotton

- tidak memakai pakaian yang terlalu ketat.

X. Prognosis

Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten. Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negatif.

Meskipun jamur telah dieradikasi dengan pengobatan, tetapi hipopigmentasi menetap selama beberapa minggu sampai melanosit memulai untuk memproduksi melanin lagi 6.

BAB III

KESIMPULAN

Penyakit kulit karena infeksi jamur secara umum dapat terbagi atas dua bentuk, bentuk superfisial dan bentuk yang dalam (deep mycosis). Bentuk superfiasial terbagi atas golongan dermatofitosis yang disebabkan oleh jamur dermatofita (antara lain: Tinea kapitis, tinea korporis, tinea unguium, tinea cruris, tinea fasialis, tinea barbae, tinea manus, tinea pedis) dan yang kedua golongan non dermatofitosis (pitiriasis versikolor, piedra, tinea nigra palmaris, kandidiasis). Perbedaan antara dermatofitosis dan non dermatofitosis adalah pada dermatofitosis melibatkan zat tanduk (keratin) pada stratum korneum epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan oleh dermatofit. Sedangkan non dermatofitosis disebabkan oleh jenis jamur yang tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit tetapi hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar 8.

Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai gatal pada keluhan pasien. Pasien yang menderita PV biasanya mengeluhkan bercak pigmentasi dengan alasan kosmetik. Predileksi pitiriasis vesikolor yaitu pada tubuh bagian atas, lengan atas, leher, abdomen, aksila, inguinal, paha, genitalia 1.

Diagnosa ditegakkan dengan gejala klinis, penemuan klinis berupa makula, berbatas tegas, bulat atau oval dengan ukuran yang bervarisasi. Mikroskopi langsung, Pemeriksaan dengan Wood's Lamp.

Karena koloni jamur ini pada permukaan kulit, maka pengobatan topikal sangat efektif. Ketokonazol termasuk kelas antijamur imidazoles. Ketokonazol bekerja dengan memperlambat pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi.

Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten. Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negatif.

Daftar Pustaka

  1. Wolff. K, Johnson. R.A, Suurmond. D . 2007. Fitzpatrick’s, The Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill Companies.
  2. Budimulja, U. 2003. Ilmu penyakit Kulit dan kelamin, edisi ketiga : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
  3. Ellis, D. 2011. www.micologyonline.com. Universitas Adelaide. Tanggal akses 2 Juli 2011
  4. Baillon. 2007. www.doctorfungus.com. Tanggal akses 2 Juli 2011
  5. KJ, McClellan. 1999. Terbinafine. An update of its use in superficial mycoses. 58(1):179-202. NCBI. New Zealand. Tanggal akses 2 Juli 2011
  6. Brannon, H. 2004. Tinea Versicolor. Diambil dari www.about.com/Dermatology. diakses tanggal 2 Juli 2011
  7. Nasution, M.A. 2005. Mikologi dan Mikologi kedokteran, Beberapa Pandangan Dermatologis, Pidato jabatan pengukuhan guru besar tetap USU. Medan.
  8. Boel, T. 2003. Mikosis Superfisial. Fakultas kedokteran Gigi USU. Diambil dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1174/1/fkg-trelia1.pdf. diakses tanggal 5 Juli 2011.
  9. Fitrie, A.A. 2004. Histologi dari Melanosit. Fakultas Kedokteran Bagian Histologi Universitas Sumatera Utara. Diambil dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1929/1/histologi-alya2.pdf. tanggal akses 6 Juli 2011.